Mobility as a Service (MaaS) Masa Depan Mobilitas

Mobility as a Service (MaaS) Masa Depan Mobilitas

Perkembangan teknologi digital telah mengubah hampir setiap aspek kehidupan manusia termasuk cara kita berpindah tempat. Transportasi kini tidak lagi semata-mata soal kendaraan dan infrastruktur, tetapi juga tentang data, konektivitas, dan layanan. Di tengah revolusi digital ini, muncul sebuah konsep yang dianggap sebagai tonggak transformasi sistem transportasi modern, yakni Mobility as a Service (MaaS)

Apa itu Mobility-as-a-Service (MaaS)? Definisi, Konsep, & Masa Depan MaaS

Baca juga : Celtic Football Club Sepak Bola Skotlandia
Baca juga : band element Grup Band Pop Rock Indonesia
Baca juga : Putri Titian Artis Remaja sosok ibu inspiratif
Baca juga : Glasgow Rangers Kisah Panjang Klub Skotlandia
Baca juga : Wisata Kota Subang Budaya Tanah Sunda
Baca juga : Reynaldy Putra Andita pemimpinan Muda

MaaS merepresentasikan pergeseran paradigma dari kepemilikan kendaraan pribadi menuju akses terhadap layanan mobilitas. Melalui platform digital terpadu, masyarakat dapat merencanakan, memesan, dan membayar berbagai moda transportasi seperti bus, kereta, ojek daring, mobil sewa, atau sepeda listrik dalam satu sistem. Tujuannya jelas: menciptakan mobilitas yang efisien, inklusif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan

1. Konsep dan Prinsip Dasar MaaS

Secara konseptual, Mobility as a Service merupakan integrasi berbagai layanan transportasi ke dalam satu ekosistem digital yang mudah diakses oleh pengguna. MaaS bekerja dengan menggabungkan data dari operator transportasi publik dan swasta, memungkinkan pengguna melakukan perencanaan perjalanan end-to-end dengan informasi waktu, rute, dan biaya yang transparan.

Buy Understanding Mobility as a Service (MaaS): Past, Present and Future  Book Online at Low Prices in India | Understanding Mobility as a Service  (MaaS): Past, Present and Future Reviews & Ratings -

http://www.mstsgmo.com

Komponen utama MaaS meliputi:

  1. Platform Digital Terpadu – aplikasi yang mengintegrasikan berbagai moda transportasi dan metode pembayaran.
  2. Integrasi Data dan API (Application Programming Interface) – agar data jadwal, tarif, serta ketersediaan moda dapat diakses secara real time.
  3. Sistem Pembayaran Tunggal (Unified Payment System) – memungkinkan transaksi tanpa uang tunai, baik dengan e-wallet atau sistem langganan.
  4. Analisis Data dan AI – digunakan untuk memberikan rekomendasi rute tercepat, termurah, atau paling ramah lingkungan.

Intinya, MaaS mengubah mobilitas menjadi layanan berbasis permintaan (on-demand mobility), bukan lagi kepemilikan fisik kendaraan.


2. Pertumbuhan Pasar dan Fakta Global

Secara global, MaaS berkembang pesat. Menurut laporan Fortune Business Insights (2024), nilai pasar MaaS mencapai USD 453,69 miliar, dan diproyeksikan meningkat menjadi USD 1,73 triliun pada 2032, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 18,4%. Kawasan Asia-Pasifik memegang pangsa pasar terbesar, sekitar 40,6%, berkat urbanisasi cepat, penetrasi smartphone tinggi, serta kebijakan pemerintah yang mendorong digitalisasi transportasi.

Studi Meticulous Research (2025) juga mencatat bahwa jumlah pengguna layanan MaaS akan meningkat dari 17 juta pengguna pada 2023 menjadi lebih dari 70 juta pengguna pada 2028. Lonjakan ini didorong oleh perubahan perilaku generasi muda yang lebih memilih fleksibilitas layanan dibanding kepemilikan kendaraan pribadi.

Beberapa tren yang mendominasi perkembangan MaaS global antara lain:

  • Integrasi mikromobilitas seperti sepeda dan skuter listrik untuk perjalanan jarak pendek.
  • Elektrifikasi kendaraan (Electric Vehicle Integration).
  • Penerapan teknologi AI dan IoT untuk optimasi rute dan analisis perilaku pengguna.
  • Pembayaran digital dan sistem langganan bulanan (subscription-based mobility).

Selain itu, kota-kota besar dunia seperti Helsinki, Singapura, dan Tokyo menjadi pelopor penerapan MaaS yang sukses. Misalnya, aplikasi Whim di Finlandia memungkinkan pengguna memesan semua moda transportasi — mulai dari bus hingga taksi — dalam satu platform dengan sistem berlangganan bulanan.


3. Manfaat MaaS bagi Ekonomi, Masyarakat, dan Lingkungan

Implementasi MaaS membawa berbagai dampak positif lintas sektor.

a. Efisiensi Ekonomi

Dengan sistem terintegrasi, operator transportasi dapat mengoptimalkan rute, mengurangi waktu tunggu, dan menekan biaya operasional. Bagi pengguna, sistem rekomendasi rute cerdas membantu memilih moda yang paling hemat waktu dan biaya.
Selain itu, MaaS membuka lapangan kerja baru di bidang data analysis, pengembangan aplikasi, dan manajemen mobilitas kota.

b. Dampak Sosial

MaaS menciptakan mobilitas yang lebih inklusif dengan memperluas akses masyarakat terhadap transportasi publik. Konsep Mobility for All menjadi bagian penting dalam strategi kota pintar (smart city).
Platform digital juga memungkinkan integrasi sistem bagi penyandang disabilitas dan lansia, selama infrastruktur dan aplikasi dirancang dengan prinsip universal design.

c. Keberlanjutan Lingkungan

Salah satu pendorong utama MaaS adalah misi pengurangan emisi karbon. Dengan beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik dan moda ramah lingkungan, kota dapat menekan konsumsi bahan bakar fosil dan mengurangi polusi udara.
Laporan Meticulous Research memperkirakan bahwa MaaS berpotensi mengurangi lebih dari 14 juta ton emisi CO₂ per tahun secara global jika diterapkan secara masif.


4. Implementasi MaaS di Indonesia

Meja Bundar Integrasi Transportasi Umum ke dalam Mobilitas sebagai Layanan ( MaaS) | ITF

Indonesia mulai mengadopsi prinsip MaaS dalam beberapa proyek kota besar. Tantangan transportasi di Indonesia — seperti kemacetan kronis, ketimpangan infrastruktur, dan ketergantungan kendaraan pribadi — menjadikan konsep ini relevan untuk diterapkan.

a. Jakarta dan Jabodetabek

Melalui proyek JakLingko Indonesia, pemerintah DKI Jakarta berupaya mewujudkan integrasi transportasi publik, termasuk MRT, LRT, TransJakarta, KRL, dan angkot.
Proyek Elektronifikasi Integrasi Pembayaran Transportasi Jabodetabek (EIPTJ) bekerja sama dengan perusahaan Jepang Nippon Koei untuk mengelola data dan sistem pembayaran terintegrasi. Langkah ini menjadi fondasi penting menuju MaaS skala metropolitan.

b. Surabaya

Pemerintah Kota Surabaya meluncurkan platform GOBIS (Golek Bis), yang mengintegrasikan layanan seperti Suroboyo Bus, Trans Semanggi, dan Trans Jatim.
Fitur utama GOBIS meliputi pelacakan posisi bus secara real time, peta interaktif, serta sistem pembayaran berbasis QR code.
Namun, penelitian Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menemukan tingkat inklusivitas layanan baru mencapai 57%, dengan hambatan utama berupa literasi digital rendah, aksesibilitas fisik moda, dan kurangnya fitur ramah disabilitas.

c. Bandung

Kota Bandung, yang dikenal padat lalu lintasnya, mulai meneliti potensi penerapan MaaS melalui pendekatan big data integration. Simulasi berbasis PTV Visum menunjukkan bahwa digitalisasi perencanaan rute dan integrasi moda dapat menurunkan kemacetan serta meningkatkan efisiensi perjalanan.

d. Malang

Penelitian di kawasan Sawojajar, Kota Malang, mengkaji tarif ideal dan peluang penggunaan MaaS dengan pendekatan willingness to pay (WTP). Hasilnya menunjukkan bahwa adopsi MaaS sangat bergantung pada tarif, kenyamanan, dan keandalan moda publik.


5. Tantangan Penerapan MaaS di Indonesia

Mobility as a Service (MaaS): Reshaping Transportation for the Future

Walaupun potensinya besar, implementasi MaaS di Indonesia masih menghadapi sejumlah kendala struktural dan sosial.

a. Fragmentasi Sistem dan Data

Setiap operator transportasi memiliki sistem digital sendiri, sehingga integrasi data (jadwal, tarif, kapasitas, lokasi kendaraan) belum optimal. Diperlukan kebijakan standar data nasional dan platform API terbuka untuk mendorong interoperabilitas.

b. Literasi dan Kesenjangan Digital

Sebagian masyarakat, terutama lansia dan kelompok ekonomi menengah ke bawah, masih kesulitan menggunakan aplikasi transportasi digital. Hal ini terlihat di Surabaya, di mana kelompok marginal menunjukkan partisipasi rendah terhadap sistem MaaS.

c. Infrastruktur dan Akses Fisik

Fasilitas pendukung seperti halte, terminal, serta jalur pedestrian sering belum ramah disabilitas. Tanpa peningkatan kualitas fisik moda publik, MaaS sulit memberikan pengalaman mobilitas yang nyaman dan setara bagi semua pengguna.

d. Regulasi dan Kebijakan

Belum ada regulasi nasional yang secara eksplisit mengatur MaaS. Aspek seperti keamanan data, tanggung jawab operator, skema tarif, dan model bisnis publik-swasta masih perlu ditata.
Kolaborasi antarlembaga — mulai dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Kominfo, hingga pemerintah daerah — menjadi kunci keberhasilan implementasi.

e. Perubahan Perilaku Masyarakat

Budaya penggunaan kendaraan pribadi masih sangat kuat di kota-kota besar Indonesia. Untuk mengubahnya, pemerintah perlu memberi insentif seperti subsidi transportasi publik, tarif terintegrasi yang lebih murah, serta peningkatan kenyamanan layanan.


6. Peluang Strategis dan Prospek Masa Depan

Ke depan, MaaS akan menjadi fondasi sistem mobilitas cerdas (smart mobility) di Indonesia. Beberapa arah pengembangan strategis yang dapat ditempuh adalah:

a. Integrasi dengan Kendaraan Listrik

Dengan meningkatnya adopsi kendaraan listrik (EV), integrasi MaaS dengan jaringan pengisian daya (charging network) akan menjadi faktor penting. Aplikasi MaaS dapat menampilkan lokasi charging station dan mengatur rute berdasarkan sisa daya baterai kendaraan.

b. Penggunaan Teknologi 5G, IoT, dan AI

Teknologi 5G memungkinkan pertukaran data real time antara kendaraan, infrastruktur, dan pengguna. AI dapat digunakan untuk prediksi lalu lintas, optimasi rute, hingga pengelolaan armada transportasi publik secara dinamis.

c. Model Bisnis Berbasis Langganan

Konsep mobility subscription seperti di Eropa dapat diterapkan, di mana pengguna membayar biaya bulanan untuk mengakses berbagai moda transportasi tanpa batas. Skema ini mendorong pergeseran dari kepemilikan menuju keanggotaan layanan.

d. Kolaborasi Publik-Privat

MaaS menuntut sinergi antara pemerintah, operator transportasi, perusahaan teknologi, dan masyarakat. Pemerintah berperan sebagai regulator sekaligus fasilitator yang menjamin interoperabilitas dan keadilan akses.

e. Fokus pada Inklusivitas

MaaS tidak boleh hanya menjadi solusi teknologi, tetapi juga sosial. Artinya, desain aplikasi harus mempertimbangkan akses bagi penyandang disabilitas, lansia, dan masyarakat berpenghasilan rendah. Prinsip “no one left behind” menjadi landasan pengembangan MaaS yang berkeadilan.


7. Dampak yang Diharapkan

MaaS (Mobility As A Service): Why Is It A Good Choice?

Jika diterapkan secara optimal, MaaS dapat membawa perubahan signifikan terhadap sistem transportasi nasional:

AspekDampak Positif
EkonomiEfisiensi biaya transportasi, pertumbuhan industri digital, peluang kerja baru
LingkunganPengurangan emisi karbon, polusi udara, dan konsumsi bahan bakar fosil
SosialPeningkatan akses mobilitas, inklusivitas layanan publik
PemerintahanData real time untuk perencanaan kota berbasis bukti (evidence-based policy)
TeknologiAkselerasi digitalisasi dan penguatan infrastruktur cerdas

Mobility as a Service (MaaS) adalah inovasi transportasi yang mengubah wajah mobilitas perkotaan di abad ke-21. Dengan mengintegrasikan seluruh moda transportasi melalui teknologi digital, MaaS menghadirkan sistem perjalanan yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan inklusif.
Namun, keberhasilan MaaS tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan teknologi, melainkan oleh kolaborasi lintas sektor, kebijakan pemerintah yang adaptif, serta kesiapan masyarakat untuk berubah.
Jika diimplementasikan secara terarah, MaaS berpotensi menjadi solusi jangka panjang untuk kemacetan, polusi, dan ketimpangan mobilitas di Indonesia menuju masa depan transportasi yang cerdas, hijau, dan berkeadilan.